Pages

Kalimat Yang Sayah Suka....

The world will keep on moving, and i'll keep on standing...

Sabtu, Juli 24

Hening...

Gue lagi sakit. Sakit. Sakit.


Gue lagi sakit ketika gue nulis nih posting. Bukan, bukan sakit gila. Sendi tangan kanan dan kiri gue nyeri kalo digerakin. Kaki kanan dan kiri gue bagian belakangnya kalo jalan terasa sakit kayak ditarik. Gue juga kena flu, ga terlalu parah sih, tapi cukup buat gue susah bernafas dari idung. Gue juga suka batuk-batuk. Sedikit using. Indikasi gue mungkin demem. Leher belakang gue terasa berat banget, gue mikir apa mungkin gue terlalu capek ya? Ato gue udah mau…?


Any Way…


Kemaren gue habis nemenin temen gue, Windra. Orangnya agak item, baek, dan suka marah kalo disiram pakek air panas (semua orang pasti kayak gitu. BEGO). Gue nemenin dia ke UNSRI. Naek bis. Selama 45 menitan. Duduk manis. Pantat tempos. Fantastis.


Gue dengan Windra duduk di bangku belakang. Gue dipinggir jendela duduknya, jadi gue bisa ngerasain angin dari bis. Liat pemandangan. Laju kendaraan yang gue liat dari jendela terasa biasa. Mobil, motor, dan truck berjalan beriringan. Terasa biasa bagi gue.


Melewati pasar, bis yang gue tumpangi berhenti sebentar. Naeklah cowok seumuran gue membawa gitar. Pertama kali dipikiran gue tentang nih orang, dia adalah titisan Rhoma Irama Raja Dangdut. Setelah gue liatin, ternyata dia ga ada bulu dada yang tumbuh dengan liarnya. Rupanya dia bukan titisan Raja Dangdut seperti yang gue idolain. Ternyata dia pengamen. Mantap.


Gue dengan Windra cuma ngeliatin aja. Gue dan Windra emang suka maen gitar dan ngeliatin orang yang bawa gitar (tanpa alasan jelas), kalo Windra suka maen melody gitar, nah… kalo gue suka memperkosa gitar (baca: maen brutal). Si pengamen masuk bis terus berdiri di tengah bis. Sedikit menyetem gitar. Memberi salam Lalu dia berkata…


‘Izinkan saya menyanyikan tembang lawas, yang berjudul “Pelangi di matamu” dari Jamrud…’ kata si pengamen sambil melihat kaca jendela.


Jamrud

Pelangi Di Matamu


30 menit kita disini
tanpa suara
dan aku resah
harus menunggu lama ..
kata darimu

mungkin butuh kursus
merangkai kata,
untuk bicara
dan aku benci
harus jujur padamu,
tentang semua ini

jam dinding pun tertawa,
karna ku hanya diam dan
membisu
ingin kumaki
diriku sendiri, yang tak
berkutik di depanmu

ada yang lain
di senyummu
yang membuat lidahku
gugup tak bergerak

ada pelangi
di bola matamu
dan memaksa diri
tuk bilang
"aku sayang padamu" (2x)

(seakan memaksa dan
terus memaksa)

mungkin Sabtu nanti
kuungkap semua,
isi di hati
dan aku benci
harus jujur padamu
tentang semua ini ......


Waktu tuh pengamen nyebutin tuh judul lagu, gue agak gak terlalu suka. Jamrud bukan tipe musik gue. Gue lebih suka pop. Bukan Rock. Kalo rok cewek, lain cerita. Tapi gue berpikir, ga ada salahnya gue denger…


Hening dalam diri gue ketika denger nih lagu.


Gue liat lagi jalanan sambil denger tuh lagu.


Gue dapat banget feel ketika tuh orang nulis lagu.


Gue pun ngeliat jalanan, dan teringet dengan yang gue alamin.


Setiap orang pernah ngalamin Falling in love. Einstein, Spiderman, Batman, Mang Godek tukang bakso, dan orang lainya pernah ngalamin cinta. Termasuk gue. Yang bedain semua itu, hanya kisah rumit yang dialaminya.


Gue pernah nembak cewek, pernah ditolak dan diterima, pernah selingkuh dan diselingkuhin. Pernah diputusin. Pernah mutusin. Dan pernah juga tuh cewek cinta banget dengan gumpalan rambut (baca: gue), padahal gue banyak kekurangan.


Semua itu kayak teringet lagi dipikiran gue. Kayak proyektor memori yang ngingetin gue tentang kisah cinta gue. Semua kayak diputer ulang. Tentang seneng, sedih, susah, dan gelisah. Serta salah paham diantara kita.


Dan proyektor memori gue mengingatkan memori gue dengan seseorang. Orang yang dulu gue senengi, kagumi, dan mungkin gue sayangi.


Orang yang gue pikir bisa membuat poros hidup gue berjalan dengan semestinya.


But…


Satu hal yang gue bingung. Bukan, dia bukan onta yang didandani jadi cewek. Dia cewek beneran. Yang gue bingung, gue ga pernah tau jalan pikiranya. Gue ga pernah tau apa yang dia ingini. Dan gue ga bisa berharap dia suka sama gue.


Sebentar dia ngasih tanda, sebentar dia ga nganggep kita ada. Sebentar kita melupakanya, dia selamanya lupa dengan kita. Sebentar kita bertanya untuk memastikan, selamanya dia bilang untuk berhenti bertanya. Sebentar dia ada, dan selamanya dia tak membutuhkan kita. Ato mungkin dia benar-benar gak butuh kita…. Itu yang gue alamin.


Gue mencoba untuk berpikir jernih salam situasi ini.


Ada beberapa cara yang gue baca di buku “YOUR WORDS, YOUR POWER” karangan Semba Biawan untuk ngebuat hati kita seneng. Yaitu :


  1. If you like it, enjoy it

  1. If you don’t like it, avoid it

  1. If you don’t like it, but you can not avoid it, change it

  1. If you don’t like it, but you can not avoid and change it, change your prespective


Yang gue rasain….


Gue ga seneng dengan kondisi ini, tapi gue ga bisa ngehindar dan ngerubah perasaan dia ke gue. Karena itu haknya dia. Maka dari itu gue berpandangan bahwa dia emang gak butuh gue. Bener-bener ga ada rasa dengan gue.


Semua yang telah gue lewati dengan dia, mungkin sama kayak jalanan yang gue liat. Terasa biasa saja di matanya. Tapi gue merasa ini kayak jalan yang penuh rintangan, hambatan, dan berarti.


Hening.


Gue terakhir komunikasi dengan dia beberapa minggu lalu. Beberapa minggu ini yang gue harapin dia sms ato apalah. Tapi nihil. Dia ga butuh gue. Dan memang ga ada artinya.


Gue pengen hubungi dia. Tapi mungkin juga ga akan dibalesnya sms gue. Apalagi nelpon. Karena ga ada artinya gue.


Hening.


Gue sadar, karena kepercayaan kita bisa bersama dengan orang yang kita sayangi. Gue selalu percaya dengan yang gue yakini. Tapi tidak dia terhadap gue. Dia tak ada rasa percaya dengan gue.


Hening.


Setelah pengamen turun. Gue masih mencoba berpikir dan bertanya pada diri gue.


Apa ada yang salah dengan hidup gue?


Apa gue sudah sia-sia selama ini?


Apa gue dipermainin?


Apa tadi pagi gue udah makan? Lho?


Gue ngeliat sekeliling gue. Semua orang berjalan dan hidup semestinya, meskipun kita ga pernah tau, mungkin tuh orang lagi seneng ato sedih.


Gue selalu percaya dengan apa yang gue rasa. Bukan dengan yang gue liat dan yang gue denger.


Gue selalu berdoa dia bahagia. Dengan ato lebih baik tanpa gue. Gue bahagia kalo dia bahagia.


Kalo pun dia ngomong, dia bakal seneng tanpa gue, gue bakal ngelupain dia. Demi dia.


Gue kembali kepada kenyataan yang gue alamin…


Gue liat Windra kayak nahan kentut, mungkin juga mabok darat. Kedua hal yang ga ada bedanya bagi gue. Gue liat Windra langgeng dengan pacarnya. Tanpa pertengkarab yang berarti. Ga kayak gue yang belum bisa setia. Gue masih kayak bajing, yang terus ngelompat dari satu pohon ke pohon lain. Masih mencari-cari cara untuk ngelupain dia.


Tapi… Gue belum bisa ngelupain dia. Mungkin ini yang buat gue belum bisa nerima kenyataan hidup gue. Belum bisa nerima cinta yang sebenernya karena dia. Gue belum bisa nerima seutuhnya cinta karena dia. Selalu mncoba untuk semua ini.


‘Apa yang dia ingini? Apa?’


Mungkin waktu yang bakal jawab pertanyaan hidup gue. Mungkin…


Life is going on…


Jam 9 pagi. Di UNSRI.


Gue dengan Windra turun dari bis. Gue nginjakin kaki di jalan. Menghirup udara di sana. Ngeliat sekeliling.

Banyak orang beraktifitas. Penuh suara.


Di hati gue saat itu, gue pengen denger lagu Gleen Fredly- Sekali Ini Saja.


Dalam…


HENING.




PS: Sampe nih cerita selesai. Gue masih belum sehat…

0 komentar:

Posting Komentar

“Terima Kasih Telah Memberikan Waktu dan Komentarnya. Sudi kiranya berkomentar lagi di posting saya berikutnya”